Rangkuman Seni Tari Unit 1 Kelas 7 Kurikulum Merdeka

Ringkasan Materi Seni Tari Kelas 7 Unit 1 "Sejarah dan Fungsi Tari" Kurikulum Merdeka - Pada Unit 1, kegiatan pembelajaran akan dimulai dengan mengamati tari tradisional Indonesia baik secara langsung ataupun melalui media audiovisual, serta membaca berbagai bahan referensi untuk mencari informasi tentang latar belakang seni tari tradisional Indonesia.

Dimulai sejak zaman prasejarah, Hindu, Buddha, Islam, kolonial, kemerdekaan sampai di zaman pasca kemerdekaan saat ini. Berbagai jenis tari yang dilahirkan dari zaman prasejarah hingga saat ini, memiliki fungsi yang berbeda untuk masyarakatnya.

Oleh karena itu, dalam Unit 1 ini peserta didik juga akan dibimbing untuk mengidentifikasi fungsi tari tradisional Indonesia. Adapun indikator yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran di Unit 1 yaitu :
1. Peserta didik menyebutkan periodisasi sejarah tari di Indonesia
2. Peserta didik menjelaskan ciri-ciri tari dari setiap periodisasi sejarah tari di Indonesia.
3. Peserta didik mengidentifikasi fungsi tari tradisional di Indonesia.
4. Peserta didik membuat deskripsi tentang sejarah dan fungsi tari tradisional Indonesia.




Materi Unit 1 Seni Tari Kelas 7 Kurikulum Merdeka


A. Sejarah Tari


Menurut Soedarsono (1986), tari adalah ekspresi jiwa manusia yang dituangkan dalam gerak tubuh yang indah dan ritmis (sesuai irama musik). Sejarah tari dapat diklasifikasikan berdasarkan periodisasi sejarah di Indonesia sebagai berikut :

1. Zaman Prasejarah

Zaman prasejarah dimulai dengan zaman batu dan berakhir di zaman logam. Gerak tari di zaman batu diperkirakan cenderung sangat sederhana yakni berupa hentakan-hentakan kaki, sebagai ungkapan emosi (Jazuli, 1994). Pada era ini, tarian tercipta dengan menggunakan gerakan tangan dan kaki yang sangat sederhana (Muryanto, 2020).

Salah satu peninggalan zaman logam yang erat kaitannya dengan tari adalah alat musik nekara atau gendang yang terbuat dari perunggu (Jazuli, 1994). Melalui penemuan alat musik ini, tari diasumsikan telah ada dan digunakan oleh masyarakat di zaman logam, karena ditemukan nekara yang berlukiskan penari dengan kepala yang dihiasi bulu burung serta daun-daunan (Jazuli, 2008).

Tari-tarian di zaman logam, memiliki fungsi sebagai ritual yang bersifat magis/mistis dan sakral, seperti untuk penyembuhan orang sakit, permohonan hujan, dan lain-lain (Jazuli, 1994). Hingga saat ini, tari yang memiliki fungsi sebagai ritual dan bersifat magis masih dapat kita saksikan di Indonesia, misalnya tari Sabet dalam ritual Ujungan yang dilakukan oleh masyarakat Banjarnegara, Jawa Tengah.

2. Zaman Hindu-Buddha

Dalam agama Hindu-Buddha, tari sering digunakan sebagai sarana pemujaan kepada Dewa. Adapun Dewa yang erat paling erat kaitannya dengan tari adalah dewa Syiwa, yang disebut sebagai Syiwa Nataraja (Syiwa raja penari), Mahata (Penari besar) dan Nataprya (Jazuli, 1994). Dalam kitab Hindu juga disebutkan dewa-dewa lain sebagai dewa tari seperti dewa Indra, dewa Marut dan dewa Acvini (Jazuli, 1994).

3. Zaman Islam

Pada zaman ini, perkembangan tari cukup menggembirakan karena melahirkan berbagai gaya tari. Seperti yang terjadi pada tari bedaya dan tari serimpi. Tari bedaya dan tari serimpi merupakan jenis tarian hiburan raja sekaligus tari yang berfungsi sebagai upacara istana yang berkembang di zaman ini. Tari bedaya diciptakan oleh Sultan Agung sebagai salah satu raja terbesar di kerajaan Mataram Surakarta (Jazuli, 1994).

4. Zaman Kolonial

Pengaruh budaya barat pada karya tari di Jawa nampak pada tata busana, aksesori seperti bulu-bulu di penutup kepala, senjata pistol dan lain sebagainya. Selain di daerah Jawa, di daerah Nusa Tenggara Barat terdapat tari tradisional yang mendapat pengaruh dari budaya kolonial, seperti tari Rudat.

Tari rudat yang berasal dari suku Sasak, Lombok merupakan hasil akulturasi dari berbagai budaya, seperti Turki, Belanda, dan Lombok. Budaya Turki tercermin melalui penutup kepala (topi) serta lirik selawat, lalu budaya Belanda nampak dari pakaiannya, sedangkan kebudayaan Lombok terlihat dari gerak pencaknya.

5. Zaman Kemerdekaan

Di era ini, tari-tari istana yang pada awalnya hanya dapat dinikmati oleh kaum bangsawan mulai disebarluaskan ke luar lingkungan istana. Sehingga bermunculan berbagai pertunjukan tari yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, karena tidak terikat dengan aturan baku seperti pada tari-tari yang tumbuh dan berkembang di lingkungan istana. Banyak seniman yang mulai berkreasi untuk menciptakan karya tari sebagai identitas budaya bangsa.

6. Zaman Pascakemerdekaan

Ketika Indonesia telah meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda, pertunjukan seni dan budaya di kancah internasional menjadi salah satu cara diplomasi pemerintah untuk memperkenalkan Indonesia sebagai bangsa baru yang sudah merdeka. Melalui kegiatan tersebut, tari tradisional Indonesia tumbuh dan berkembang seiring dengan peradaban di dunia.


B. Fungsi Tari


1. Sebagai Sarana Ritual/Upacara Religi

Tari sebagai sarana ritual, merupakan warisan kebudayaan zaman prasejarah. Tari sebagai sarana ritual bersifat sakral, sehingga terdapat aturanaturan khusus baik dari segi tempat, penari, iringan musik, tata rias dan busana, tempat pentas, waktu pelaksanaan dan aturanaturan lainnya.

Fungsi tari sebagai sarana ritual/upacara bagi masyarakat Indonesia, dikelompokkan menjadi fungsi upacara untuk keagamaan, dan fungsi upacara yang berkaitan dengan peristiwa alamiah atau upacara untuk peristiwa kehidupan manusia.

Tari sebagai sarana ritual keagamaan, di Indonesia, banyak ditemui di daerah Bali. Salah satu contohnya yaitu tari Rejang yang ditampilkan di upacara adat keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Rejang adalah tarian penyambutan dewa yang datang dari kahyangan dan turun ke bumi.

Secara lebih khusus, tari sebagai sarana ritual memiliki ciri-ciri sebagi berikut :
a. Gerakan dominan tidak berpola secara jelas, dan umumnya meniru gerak-gerak alam seperti gerak binatang, tumbuhan dan lain-lain.
b. Bersifat magis/mistis dan religius.
c. Gerak, tata rias, busana dan iringan tari bersifat sederhana.
d. Memiliki aturan khusus baik untuk penari, struktur pertunjukan, tempat pertunjukan ataupun waktu pelaksanaan.

2. Sebagai Sarana Hiburan

Tari berjenis ini merupakan tari yang memiliki tujuan untuk menghibur tanpa menekankan nilai estetis dan nilai komersial, sehingga tidak memerlukan persiapan untuk melakukannya.

3. Seni Tari Sebagai Pertunjukan

Sebuah karya tari yang berfungsi sebagai tari pertunjukan, memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga pada umumnya untuk mengganti dana produksi tersebut, penonton harus membeli karcis untuk menyaksikan pertunjukannya (Soedarsono, 2002). Adapun tari yang ditampilkan sebagai tari pertunjukan adalah tari yang diciptakan oleh koreografer secara khusus, sesuai dengan kebutuhan tema pertunjukan.

4. Seni Tari Sebagai Sajian Wisata

Tari yang berfungsi sebagai pertunjukan (presentasi estetis) yang paling berkembang adalah seni pertunjukan yang disajikan kepada para wisatawan, terutama wisatawan mancanegera (Soedarsono, 2002).

Menurut Soedarsono (2002), tari yang berfungsi sebagai sajian wisata memiliki ciri-ciri: 1) Merupakan tiruan dari aslinya; 2) Versi singkat dan padat; 3) mengenyampingkan nilai-nilai sakral, magis, simbolisnya; 4) Penuh variasi; 5) Sajikan dengan menarik; 6) murah harganya menurut kocek wisatawan.


Untuk Rangkuman Seni Rupa, Seni Tari, Seni Teater dan Seni Musik Semester 1 dan 2 Kelas 7 Kurikulum Merdeka, secara lengkap dapat dilihat dengan cara klik gambar berikut :



Demikian informasi tentang Rangkuman Seni Tari Unit 1 Kelas 7 Kurikulum Merdeka yang bisa Sinau-Thewe.com bagikan, semoga ada manfaat didalamnya dan terima kasih.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Rangkuman Seni Tari Unit 1 Kelas 7 Kurikulum Merdeka"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel