Rangkuman PPKn BAB 4 Kelas 8 Kurikulum Merdeka

Ringkasan Materi PPKn Kelas 8 BAB 4 "Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda" Kurikulum Merdeka - Bab ini menguraikan tentang Kebangkitan Nasional & Sumpah Pemuda. Untuk dapat merasakan perjuangan dan jiwa nasionalime, kita dapat menyaksikan beberapa video terkait perjuangan para pahlawan untuk melawan penjajah.

Beberapa film tersebut antara lain Cut Nyak Dien, November 1828, Diponegoro, Merdeka atau Mati Surabaya 1945, Jenderal Sudirman dan lain-lain. Diharapkan dengan menonton tayangan tersebut semakin menumbuhkan jiwa nasionalisme dan cinta kita kepada bangsa ini.




Materi BAB 4 PPKn Kelas 8 Kurikulum Merdeka


A. Sejarah Lahirnya Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda


Sejatinya, Indonesia adalah negeri yang kaya dengan sumber daya alam. Berbagai bahan tambang tertimbun dalam perut bumi Indonesia. Tanah Indonesia juga sangat subur. Pertanian dan perkebunannya melimpah. Kekayaan sumber daya alam inilah yang membuat Bangsa Belanda tertarik menjajah Indonesia dan membawanya ke negeri mereka.

Beberapa politisi Pemerintah Kerajaan Belanda seperti Baron Van Hoevel, Frans Van Deputte, dan Mr. C.T. Van yang menyampaikan bahwa Pemerintah Kerajaan Belanda ikut bertanggung jawab atas kesengsaraan rakyat Hindia Belanda (Indonesia).

Mereka mendesak agar Pemerintah Kerajaan Belanda mengeluarkan kebijakan politik etis atau politik balas budi pada September 1901. Politik etis ini bertujuan memberikan kesempatan kepada Bumi Putra untuk mengenyam pendidikan agar menjadi tenaga terampil dan terlatih. Politik etis menyasar tiga bidang utama, yaitu pendidikan, pertanian, dan kependudukan.

Dari sinilah lahir berbagai organisasi pergerakan, misalnya Jami’atul Khair, Sarekat Dagang Islam yang kemudian bertransformasi menjadi Sarekat Islam, Budi Utomo, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia (PNI), Muhammadiyah, dan Nahdhatul Ulama.

Dalam selang waktu yang tidak lama, lahir pula organisasi-organisasi kepemudaan. Ada Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Batak, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, dan Jong Minahasa. Organisasi kepemudaan ini lahir dalam rentang waktu 1915 sampai 1924.

Kongres Pemuda I terjadi pada 30 April sampai 2 Mei 1926 di Batavia, Namun belum menghasilkan kemufakatan gerakan perjuangan kepemudaan. Kongres Pemuda II dilaksanakan selama dua hari, yaitu 27 – 28 Oktober 1928. Ada tiga tempat yang digunakan melaksanakan kongres.

Hari pertama bertempat di Gedung Katholieke Jongelingen Bond, Lapangan Banteng. Hari kedua bertempat di Gendung Oost Java Bioscoop (sekarang Jl. Medan Merdeka Utara, No. 14) hingga tengah hari. Kemudian, sore hari pertemuan dilanjutkan di Gedung Indonesia Clubhuis Jl. Kramat Raya, No. 106 Jakarta (sekarang disebut Museum Sumpah Pemuda).

SUMPAH PEMUDA
1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Naskah Sumpah Pemuda ditulis oleh Mohammad Yamin dan disetujui oleh Sugondo dan dibacakan di hadapan para peserta kongres. Pada kesempatan itu pula, diperdengarkan pertama kali lagu kebangsaan Indonesia Raya karya WR. Supratman. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan hanya diiringi alunan biola, tetapi tetap syahdu.


B. Nilai-Nilai Luhur dalam Sumpah Pemuda


Nilai-nilai luhur tersebut bersumber dari nilai religiusitas. Agama mengajarkan untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

1. Nilai Persatuan

Nilai persatuan terus dikampanyekan dan ditanamkan kepada setiap pemuda meski berbeda agama, suku, bahasa, dan latar belakang organisasi. Mereka bersepakat untuk mempersatukan diri sebagai pemuda Indonesia Hingga akhirnya Sumpah Pemuda pun dideklarasikan sebagai simbol persatuan para pemuda Indonesia.

2. Rela Berkorban

Nilai rela berkorban yang ditampilkan para pemuda ketika itu adalah mereka tidak hitung-hitungan dan berharap pengorbanan mereka dibayar dengan rupiah. Mereka mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, dan materi yang dimiliki untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Nah belajar dari para pemuda yang telah berkorban untuk kemerdekaan Indonesia, kalian bisa mengimplementasikan nilai rela berkorban mulai dari hal sederhana di lingkungan sekolah. Misalnya, melaksanakan tugas piket kebersihan kelas dengan tanggung jawab meski kalian harus pulang lebih akhir.

3. Cinta Tanah Air dan Bangsa

Cinta tanah air dan bangsa adalah nilai yang mendorong para pemuda bergerak memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Nilai cinta terhadap tanah air dan bangsa membuat para pemuda ketika itu tidak hanya memikirkan daerahnya masing-masing. Namun, menyatukan pandangan mereka dalam bingkai Indonesia. Bukan hanya Jawa yang harus merdeka, namun semua wilayah di Indonesia mesti merdeka dari penjajahan. Nilai cinta tanah air dan bangsa membuat para pemuda tidak bisa tidur nyenyak sebelum menyaksikan Indonesia merdeka.

Dalam konteks sekarang, kalian bisa menerapkan nilai cinta tanah air dan bangsa dengan menggunakan produk-produk dalam negeri. Kalian bisa mengonsumsi buah-buahan lokal asli Indonesia. Misalnya, jeruk Medan, apel Malang, mangga Indramayu, melon Ngawi, dan lainnya. Dari sisi cita rasa, buah-buahan lokal sebetulnya tidak kalah dari buah-buahan impor.

4. Semangat Persaudaraan

Semangat persaudaraan yang menjadikan kongres pemuda II berjalan lancar. Para pemuda pencetus Sumpah Pemuda tidaklah memiliki hubungan persaudaraan secara nasab atau kekeluargaan. Namun, mereka terikat dalam semangat persaudaraan.

Dalam konteks sekarang, kalian bisa mewujudkan nilai semangat persaudaraan dengan teman-teman di sekolah kalian. Misalnya, bila ada teman yang kesulitan membayar uang kegiatan sekolah, kalian bersama teman sekelas bisa iuran untuk membantunya. Bantuan kalian pasti sangat berarti bagi teman kalian. Ini menunjukkan nilai semangat persaudaraan.

5. Mengutamakan Kepentingan Bangsa

Komitmen mengutamakan kepentingan bangsa terlihat dari kegigihan para pemuda untuk mewujudkan Kongres Pemuda II. Meski Kongres Pemuda I dua tahun sebelumnya belum membuahkan hasil, para pemuda ketika itu tidak menyerah.

Nah dalam konteks sekarang, kalian bisa mewujudkan nilai kepentingan bangsa dalam aktivitas sehari-hari di lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Misalnya, di lingkup desa. Desa dengan berbagai rukun warga adalah satuan pemerintahan terkecil yang memiliki program kerja. Program kerja desa sesungguhnya turunan dari program kerja satuan pemerintahan di atasnya.

6. Menerima dan Menghargai Perbedaan

Perbedaan tidak mungkin dihilangkan karena itu suatu keniscayaan. Maka, poin pentingnya adalah bagaimana kita mampu mengelola perbedaan itu dengan saling menghargai. Nah kalian juga harus mampu menerapkan nilai menerima dan menghargai perbedaan ini dalam kehidupan sehari-hari. Warna kulit kalian dengan teman-teman mungkin berbeda, bahasa daerah, tingkat ekonomi, suku, dan agama juga mungkin berbeda-beda. Nah kalian mesti saling menghormati dan menghargai.

7. Semangat Gotong-Royong dan Kerja Sama

Para pemuda peserta Kongres Pemuda II menyadari bahwa kongres tidak akan berhasil mencapai tujuan jika tidak ada semangat gotong-royong dan kerja sama. Dalam konteks sekarang, kalian bisa menerapkan nilai semangat gotongroyong dan kerja sama di lingkungan sekolah. Sebuah tugas atau pekerjaan akan terasa ringan jika dilakukan bersama. Misalnya, dalam sebuah kegiatan sekolah telah ditunjuk dan dibentuk panitia. Maka, bagilah peran masing-masing setiap divisi dan tentukan ruang lingkup tanggung jawabnya.


C. Sumpah Pemuda dan Kontribusi di Era Reformasi


Selain Sumpah Pemuda, kita juga menyaksikan perjuangan dramatis para pemuda dalam mengarsiteki proklamasi kemerdekaan Indonesia. Drama “penculikan” Bung Karno dan Bung Hatta adalah strategi Sukarni, Chaerul Saleh, dan para pemuda lainnya untuk memanfaatkan momentum kekalahan Jepang dari Sekutu dalam perang dunia II.

Para pemuda ketika itu berpikir cepat dan revolusioner. Akhirnya, kita sama-sama menyaksikan peristiwa bersejarah kedua setelah Sumpah Pemuda, yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Beberapa masalah bangsa di era reformasi yang perlu kalian pikirkan rencana kontribusinya adalah sebagai berikut:
1. Pertama, pendidikan masih menjadi masalah bagi bangsa ini. Belum semua anak Indonesia bisa mengakses pendidikan.
2. Kedua, kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah bangsa ini yang terus menghantui.


Untuk Rangkuman/Ringkasan Materi Kelas 8 Mapel PPKn Semester 1 & 2 Kurikulum Merdeka dapat dilihat secara lengkap dengan cara klik gambar berikut :



Demikian informasi tentang Rangkuman PPKn BAB 4 Kelas 8 Kurikulum Merdeka yang bisa Sinau-Thewe.com bagikan, semoga ada manfaat didalamnya dan terima kasih.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Rangkuman PPKn BAB 4 Kelas 8 Kurikulum Merdeka"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel